Kekuatan bonding (bonding strength) dan Delamination adalah dua hal yang paling utama diperhatikan oleh pabrik plywood, dan sekalian pembeli (konsumen) plywood. Kekuatan bonding ini secara teknis dapat diartikan, yaitu kekuatan ‘rekat’ antar satu veneer (lembaran tipis kayu) yang satu dengan yang lainnya. Semakin kuat “kerekatannya”, maka kekuatan bonding dari plywood tersebut semakin bagus; dan sebaliknya.
Adapun Delaminasi (delamination) merupakan suatu keadaan di mana lem (glue) yang dipakai untuk merekatkan antara satu veneer dengan veneer lainnya tidaklah maksimal, atau bahkan tidak dapat merekatkan veneer satu dengan lainnya. Pembeli dari Jepang, yang saya tahu, sangat ‘rewel’ dengan masalah ‘delaminasi’ ini, karena kalau dipikir ulang, memang tujuan utama pembuatan plywood adalah ‘merekatkan’ veneer yang satu dengan lainnya. Kalau veneer tidak merekat, maka sia-sia pembuatan plywood tersebut.
Adapun beberapa hal yang ikut berperan dalam hal BONDING STRENGTH dan DELAMINATION adalah sebagai berikut:
a) MC veneer should be checked trough by automatic detector MC machine, and if there is no automatic detector MC machine, check as manually every 3 minute.
b) Should have veneer stacking more than 24 hours and veneer temperature below 38 0c.
c) Core veneer surface under face canot have strings and gumtape.
String dan gum tape pada lapisan kedua veneer plywood, akan mempengaruhi kekuatan/bonding dari sebuah plywood yang dihasilkan, terutama bonding dari lapisan face veneer (lapisan veneer plywood pertama). String (benang joint) dan guma tape mempengaruhi bonding karena lem yang tersebar dan mengenai string dan gum tape, maka daya rekat lem akan berkurang, dibanding lem yang merekat langsung ke veneer yang berada pada lapisan terdekatnya.
d) Weight of glue spread is 40 gr/ft2 up and can not use rough-cut
Glue spread (berat labur) minimal 40 gram/ft2 untuk plywood strukture panel 7ply. Hal ini harus demikian karena untuk mencegah veneer kekurangan lem. Lem yang kurang pada veneer akan mempengaruhi daya rekat antar veneer.
e) Baseboard (alas/joban) should be in smooth condition.
f) When do lay up, every 15 panel should be put one baseboard and maximum 45 panels in one lot.
g) Lay up time maximum 20 minute.
Lay up time too long, more than 20 minutes for Phenol glue, will make glue become dry before Hot press processing. Dry glue is same with ‘died gle’, can not be used again.
h) Should be use smooth baseboard.
Baseboard tisak smooth, atau tidak rata, maka akan mempengaruhi hasil kempa dingin. Dengan alas yang tidak rata, misalnya alasnya sudah bolong-bolong karena sering dipakai dan usianya telah lama, maka pada bagian bolong-bolong dari alas itu tidak dapat melakukan penekanan pada plywood yang sedang dikempa dingin (cold processing).
i) For bonding test Smple, take 1 piece of panel for every shift and if bonding test result was failed the cargo which sample was failed can not be loaded.
Tiap hasil produksi di tanggal yang sama, harus mengambil sample untuk mengetahui kualitas bonding (kekuatan) plywood yang telah dibuat.
j) Should not use rough veneer, if coming out put it as rejected veneer.
Veneer yang kasar jangan digunakan/jangan dipakai. Hal ini berkaitan dengan daya rekat dari lem (glue) yang dipakai. Kalau veneer kasar, lem dengan kadar labur yang sudah ditentukan, tidak bisa menyebar rata pada permukaan veneer. Tidak menyebar rata karena, pada celah rendah dari vemeer kasar itu, lem cenderung mencekung, sehingga kalau dilakukan lay up, maka veneer yang dilay up kan tidak terkena glue, karena glue (lem) nya mencekung tadi.
Di bawah ini contoh plywood yang delaminasi:
Contoh kondisi delaminasi pada plywood 7ply
Delaminasi pada plywood 7 ply
Semoga bermanfaat.